Hidup ini tidak jauh seperti Bersepeda Ke gunung
Setelah hampir setahun ini saya intensif bersepeda setiap minggunya ternyata dibalik rasa senang ada hal kecil yang terkadang membuat saya senyum sendiri. Perjuangan, yah perjuangan. Tidak jauh berbeda seperti hidup yang merpakan suatu perjuangan bersepeda ke gunungpun sama halnya seperti itu. Hidup disini saya lebih mengartikan kepada perjuangan dan usaha yang kita jalani. Dalam usaha tentulah tidak akan selamanya berjalan mulus bukan?, selalu ada hambatan-hambatan yang menghampiri disetiap langkah yang kita tempuh.
Begitupula etika bersepeda saya merasakan berbagai keadaan diman ketika kita mengayuh dengan cepat rasa lelahpun cepat menghampiri, dan terkadang aneh juga ketika rasa lelah menghampiri kita masih memaksa untuk mengayuh, dan tidak jarang yang menadikan TErjatuhlah kita, apalagi ketika medan yang dilalui merupakan trek yang sulit baik itu tanah licin, akar atau lumpur. Ketika saya berfikir kenapa bisa kita bisa memaksakan padahal jelas kita sudah merasa lelah ?. Ternyata 2 faktor yang mempengaruhinya. 1. Target 2. Tidak mau kalah. Dua faktor inilah pemicu terbaiknya.
Begitupun dalam hidup dan berusaha terkadang kita dibutakan dengan yang namanya Target dan rasa tidak mau kalah, sebagai manusia tentu perasaan tidak mau kalah dan ingin menjadi yang terbaik tentu itu wajar, tapi bukan berarti kita melupakan resiko kedepannya bukan ?.
Dan kontrol merupakan kunci dari segalanya. Seberat dan semenanjak apapun jalan yang kita lalui ketika kita punya kontrol pasti kita dapat melaluinya, seandainya kita sudah tidak kuat mengayuh, jangan memaksakan, berhentilah sejenak istirahat dan minum secukupnya, kemudian kita lanjutkan kembali. Karena ketika kamu memaksakan salah-salah kamu akan merasakan keadaan dimana nafas seperti tercekik, yang membuat sobat terjatuh bahkan tertimpa sepeda yang sobat unggangi.
Lambat Berarti Payah !!! | Tentu Tidak Begitu
Apapun dan bagaimanapun keadaanya ketika kita mendengar kata Lambat atau Tertinggal pasti pertama yang keluar dari pemikiran kita adalah PAYAH bukan ? :). Namum percayalah tidak demikian ketika kita terbelakang justru kita bisa lebih berhati-hatu dan memahami daripada mereka yang didepan.
Pertama kali bersepeda ke gunung, jangankan jadi leader posisi ke 3 pun belum berani dengan kata lain saya lebih memilih posisi aman yaitu di belakang, malah sempat paling belakang. Dengan kita dibelakang ternyata kita bisa melihat keadaan mereka yang didepan, kita beisa memperhatikan bagai mana cara mereka mengayuh, bagaimana cara mereka melewati jalan, bagaimana cara berbelok hingga memerhatikan bagaimana mereka yang didepan bisa terjatuh, bahkan hingga terpingkal. Ketika leader (leader merupakan pemimpin perjalanan) terjatuh biasanya penggowes ke 2 dan ke 3 dibelakangnya ikut terjatuh pula sedang yang dibelakang sangat jarang bahkan tidak (kusus untuk di trek menurun), karena yang dibelakang ketika melihat yang didepan telah terjatuh secara reflek sudah bisa mengambil keputusan apa yang harus dilakukan, malah kita bisa melihat apa dan mengapa leader bisa terjatuh. Dan setelah 6 bulan bersepeda kini dalam komunitas saya merupakan salah satu leader yang memimpin perjalanan, dan dengan perjalanan yang bermulai dari belakang kini ketika saya didepan saya bisa dengan baik memimpin tanpa sering terjatuh tentunya.
Begipula dalam hidup ini sobat, ketika kamu tidak berada didepan jangan khawatir atau bersedih hati karena dengan demikian justru kamu lebih bisa memahami, hingga akhirnya kita memiliki cara untuk lebih baik untuk hal tersebut. Dengan catatan kita memiliki niat untuk berada didepan.
Posting Komentar