Tanah Pertama untuk Rumah Bersama
Tak terasa sudah setahun ini saya menikah dan kita masih menumpang di Mertua istri atau lebih tepatnya ibu istri saya, begitulah. Dan entah sampai kapan saya belum bisa memastikan, hanya saja sebagai suami jelas saya berkewajiban untuk memberikan Sandang, Pangan, dan Papan tentunya, yang mana untuk sandang dan pangan Alhamdulillah sejauh ini rezeki selalu ada, akan tetapi untuk papan alias rumah tinggal sedikit sulit deh kayanya.. jika harus membeli dalam waktu dekat ini.
Gimanaya tanpa perlu saya cerita banyak pasti kalian yang pernah tinggal satu atap dengan Mertua tentulah merasakan atmosferrrnyakan... wkwkwk.....
Alternatifnya mungkin kita harus coba lagi ambil KPR, tapi sebelum menikah dulu saya pernah mengajukan KPR dan ditolak oleh pihak Bank karena analis mereka mungkin menganggap ekonomi saya akan sulit jika harus KPR, padahal saya itu ngajuin RUMAH SUBSIDI yang RSS lhoo... kebayang kan ekonomi saya seperti apa. he..he... jadinya males lah jika harus ngajukan KPR Lagi.
Tapi itu dulu sebelum saya menikah ya, untuk sekarangmah Alhamdulillah rezeki siapa yang tau ?? rencananya saya mau membeli sebidang tanah untu kita bangun rumah tinggal bersama istri, dan anak-anak kelak tentunya.
Setelah beberapa bulan lalu, tepatnya di tahun ajaran ini penjualan buku paket saya meningkat jadi dalam hitunganmah kayanya kita bisa menyisihkan untuk membeli sebidang tanah dan kita pun mulai mencari-carinya di sekitaran sini, di banjar dimana istri inginnya punya rumah dikampung halaman gitu, dan sayapun setuju karena kebetulan di kampung halaman saya mah harga tanahnya udah mahall...
Mulai tanya-tanya tetangga dekat dan tetangga yang aga jauh di tiap ada kesempatan kita terus tanya-tanya dan well kita tidak nemu-nemu tanah yang sesuai uang kita, rencananya saya pengen tanah 10 bata saja dan dipinggir jalan sukur-sukur jalan besar ibaratnya tapi yang penting masuk mobil saja sudah cukup.. meski sampai detik ini boro-boro mobillah buat rumah aja nyicil tanah dulu hahah...
Bapak saya itu suka bilang, kalo bisa rumah itu jangan di gang sempit, minimal masuk mobil lah.. dan untuk rumah itu sendiri haruslah ada garasi mobil ya minimal pas untuk mobil kecil juga ga apa-apa, sekalipun kita gak kebeli mobil, itu memudahkan orang yang punya mobil berkunjung kepada kita, entah itu keluarga atau teman atau bahkan siapa tau kita punya sendiri nantimah. Itulah obrolan yang selalu saya dengar jika bapak ngomongin soal rumah dengan siapapun.
Kenapa didaerah istrisaya sulit cari tanah 10 bata ?, itu karena disini tanahnya luas-luas 20 bata lebih rata-rata dan jika kita minta sebagian pada gak mau pengennya ya semuanya aja. Waktupun berlalu hingga saya terfikir untuk meminta kepada saudara bapak saya yang kebetulan tinggal disini, dan emang karena dikenalkan saudara saya ini, saya bisa ketemu dan akhirnya menikah dengan istriku tercinta.
Namanya Corry Anisa atau yang lebih akrab saya sebut Oi, ngomonglah saya ke tetehku ini. Teh ke si bapa atuh bolehlah mamang alias saya karena dia ke saya itu bilangnya mamang, beli tanahnya 10 bata saja untuk rumah tinggal biar kita nanti bertetanggaan gitukan.. mengingat tanah bapaknya teh oi ini cukup luas dan berada di pinggir jalan besar juga.. dan tidak lupa sayapun bilang langsung ke bapak dan ibunya teh Oi ini yang merupakan anak dari kaka bapak saya... bahkan ke bapak saya dan kesaudara-saudaranyapun saya bilang agar bisa mendoakan dan membujuk bapaknya teh Oi ini supaya bisa mengijinkan tanahnya saya beli 10bata saja.
Sebenarnya posisi tanah yang saya inginkan ini tuh disewa oleh Mas Ardi namanya, dia gunakan untuk berjualan Bakso, jadi gimana juga ya... sebenernya bingung juga pastinya sih... Tapi saya dapat kabar katanya mau pindah ke sebelah pertelon atau pertigaan kalo bahasa kita mah. Ya intinya mah semoga ada rezeki ajalah kitamah, ada istilah kata orang tua dulu mah perkara tanah itu jojodoan alias berjodoh, jadi kalo sudah jodonyamah pasti ada jalan tapi sebaliknya jika bukan jodonya ya gak akan ada jalannya.
Pucuk dicinta ulampun tiba... singkat cerita akhirnya bapak teh Oi mengijinkan saya untuk membeli 10 bata saja, dengan harga diatas pasaran tentunya, mengingat ini tanah tadinya gak mau dijual dengan berbagai alasan yang memungkinakan, akantetapi karena saya adalah saudaranya dan cukup dekat juga dengan anaknya Oi ini jadinya sok aja dibeli sebagian juga. Alhasil Alhamdulillah sekali akhirnya saya dapat tanah sesuai keinginan kami yaitu 10 bata di pinggir jalan, mana jalan besar inimah.
![]() |
Karena dulu gak sempat ambil foto sendiri, jadi saya ambil foto tanah yang masih ada saung basonya dari facebook tetehku ini. |
Setelah mengetahui harga yang diinginkan saya nagih-nagih ke sekolah yang nunggak dan beberapa sales yang ada didalam dan diluar kota singkat cerita sudah terkumpul, siang itu saya beserta istri pergi ke salah satu bank yang ada di kota Banjar denggan riang dan gembira. Tidak lupa saya menginformasikan ke keluarga saya ditasik bahwa saya akan memberikan uang untuk tanah yang 10 bata. Hingga sampailah malam tiba saya dengan istri dan keluarga saya dari tasik menyambangi kediaman teh Oi dan kita melakukan teransaksi bersama keluarga.
Alhamdulillah saya selalu bersyukur atas semua yang Allah berikan kepada saya, mengingat hapir setiap yang saya inginkan itu selalu Allah berikan jalan... meski dengan segala sekenarionya, percayalah selama kita percaya akan terwujud pasti akan terwujid. Karena Allah itu beserta prasangka kita, itulah kalimat yang saya dengar pertama kali dari teman STM dulu Fahmi namanya.
Oke.. tanah sudah kita dapatkan selanjutnya tinggal kita nabung untuk material dan upah pembuatan Pondasi. Karena rencanya saya akan membangun secara bertahap ya... bertahap sesuai kemampuan dan keuangan saya.. Mudah-mudahan bisa terealisasi secepatnya..
"Aamiin"
Posting Komentar